Kurikulum sangat
penting bagi masyarakat. Karena masyarakatlah harus menyerap lulusan sekolah
sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu masyarakat banyak
bergantung pada mutu kurikulum. Orang tua semua terlibat dalam baik buruknya
kurikulum sekolah karena nasib anak mereka, masa depannya , perkembangannya
sebagai manusia banyak ditentukan oleh kurikulum. Kepuasan atau lebih sering
ketidakpuasan mereka tentang kurikulum
sering mereka suarakan dalam surat-surat kabar.
Pemerintah tentu
sangat berkepentingan tentang mutu kurikulum karena kurikulumlah alat yang
paling ampuh untuk membina bangsa dan negara, untuk mempertahankan
eksistensinya dalam persaingan bangsa-bangsa di dunia ini. Pemerintah memberikan
prioritas yang tinggi kepada pendidikan dengan mengeluarkan biaya yang banyak
demi kepentingan peningkatan mutu bangsa. Biaya itu akan sia- sia bila tidak
terjamin mutunya. Sudah selayaknya pengembangan dan perubahan apalagi
perombakan kurikulum ditangani dengan hati-hati.
Karena kurikulum
itu sangat pentingnya dan mengenai hidup jutaan manusia kini dan di masa
mendatang maka perlulah diadakan usaha yang kontinue untuk memperbaikinya.
Untuk itu perlu diadakan evaluasi kurikulum.
Dalam makalah ini akan membahas tentang evaluasi
kurikulum terutama pada jenis dan macam-macam evaluasi kurikulum tersebut.[1]
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa macam-macam evaluasi dalam kurikulum?
2.
Bagaimana model-model dalam evaluasi kurikulum?
C.
PEMBAHASAN
a.
Macam-Macam Evaluasi Kurikulum
1.
Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Bentuk Evaluen
Dalam
evaluasi kurikulum bardasarkan bentuk evaluen dapat dibedakan menjadi beberapa
karakteristik diantaranya:
a.
Evaluasi Konteks
Evaluasi
terhadap konteks berkaitan dengan berbagai aspek yang melahirkan suatu dokumen
kurikulum. dalam situasi tertentu orang melakukan evaluasi mengenai tuntutan
masyarakat terhadap dunia pendidikan dan sering disebut dengan istilah need
assessment.
Selain
need assessment evaluasi jenis ini adalah evaluasi mengenai kesesuaian antara
ide kurikulum dengan dengan lingkungan sosial-budaya dimana kurikulum itu akan
dilaksanakan.[2]
b.
Evaluasi Masukan
Maksud
dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam menunjang
program, antara lain kemampuan sekolah dalam menyediakan petugas yang tepat,dan
handal dalam bidangnya.
c.
Evaluasi Proses
Evaluasi
proses dalam hal ini menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam
program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program,
dan “when” kapan kegiatan itu akan
selesai. Evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang
dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.
d.
Evaluasi Produk atau Hasil
Evaluasi
produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi
pada masukan mentah. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian
evaluasi.[3]
2.
Jenis Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluatornya.
2.1.Evaluasi Internal
Evaluasi
internal adalah evaluasi yang dilakukan oleh salah seorang anggota tim pengembang
kurikulum. Dia diberi tugas khusus untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
pekerjaan yang sedang dilakukan. Oleh karena itu dia harus melakukan pekerjaan
selama proses berlangsung baik ketika dalam proses konstruksi kurikulum maupun
dalam implementasi kurikulum.
2.2.Evaluasi Eksternal
Evaluasi
eksternal dilakukan oleh seseorang yang tidak terlibat dalam tim pengembang
kurikulum. Evaluator tersebut secara khusus di minta untuk melakukan evaluasi
terhadap dokumen, prese atau hasil kurikulum. Kedudukannya sebagai orang luar
tentu memberikan berbagai keuntungan seperti misalnya dalam hal objektivitas.[4]
b.
Model-Model Evaluasi Kurikulum
Ada
beberapa ahli evaluasi programyang dikenal sebagai penemu model evaluasi
program adalah stufflebeam, Metfessel, Michael scriven, Stake, dan Glaser.
Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan:
1.
Goal Oriented Evaluation Model
Merupakan
model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini
adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus, mencek sejauh mana
tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.
2.
Goal Free Evaluation Model
Menurut
Michael Scriven,dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana kerjanya program,
dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal
yang positif (yaitu hal yang diharapkan ) maupun hal-hal negatif (hal yang
tidak diharapkan). Dan model ini bertentangan dengan model yang pertama.[5]
3.
Formati dan Sumatif Evaluation Model
Tes
formatif ini di sajikan di tengah program pengajaran untuk memantau (memonitor)
kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik,baik kepada siswa maupun
kepada guru, dalam hal ini guru dapat mengetahui materi mana yang disajikan
kembali agar di kuasai betul oleh peserta didik dan peserta didik mengetahui
bagian mana bahan ajar yang belum ia kuasai.
Tes
sumatif jenis ini diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang
pendidikan, meskipun maknanya telah diperluas untuk dipakai pada tes akhir
caturwulan atau semester, dan bahkan pada tes akhir pokok bahasan. Dalam
maknanya sebagai tes akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan,
maka tes ini dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar menentukan
kelulusan dan atau pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaiakan
pelajaran denagn berhasil baik.[6]
4.
Countenance Evaluation Model (Deskripsi Pertimbangan)
Model
ini dikembangkan oleh Stake. Model Stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua
hal pokok yaitu: (1) Deskripsi (description) berkaitan atau menyangkut dua hal
yang menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi sasaran evaluasi) yaitu apa
maksud atau tujuan yang dharapkan program, dan pengamatan atau akibat atau apa
yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul terjadi. Kemudian evaluator
mengikuti matriks kedua yaitu (2) pertimbangan yang dalam tersebut mengacu pada
standar.
5.
CSE-UCLA Evaluation Model
CSE-UCLA
terdiri dari dua singkatan, yaitu:CSE dan UCLA. Yang pertama yaitu CSE
merupakan singkatan dari Center For the Study of Evaluation sedangkan UCLA
(University of California in Los Angels. Dari model ini ada lima tahap yang
dilakukan dalam evaluasi yaitu: perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil
dan dampak. Fernandes memberikan penjelasan tenyang model CSE-UCLA pada empat
tahap (1) Need Assessment (memusatkan perhatian pada penentuan masalah. (2)
Program Planning (pengumpulan data yang terkait langsung dengan pembelajaran
dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap
kesatu. (3)Formatif Evaluation ( memusatkan perhatian pada keterlaksanaan program). (4) Sumatif
Evaluation (pengumpulan data tentang hasildan dampak dari program.
6.
CIPP evaluation
Model
ini merupakan model yang banyak dikenal dan diterapkan para evalutor, oleh
karena itu uraian yang diberikan relatif panjang dibandingkan dengan
model-model lainnya. Sasaran dalam evaluasi ini adalah
a.
Context evaluasi :
evaluasi terhadap konteks
b.
Input evaluasi
: Evaluasi terhadap masukan
c.
Process evaluasi
: evaluasi terhadap proses
d.
Product Evaluasi :
evaluasi terhadap hasil
7.
Discrepancy model
Kata
discrepancy adalah istilah bahasa inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa
indonesia menjadi “kesenjangan”. Model yang dikembangkan olah Malcolm Provus
ini merupakan model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan didalam
pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan evaluator mengukur
besarnya kesenjangan yang ada pada setiap komponen.
D.
KESIMPULAN
a.
Macam –Macam Evaluasi Kurikulum
1.
Evaluasi Kurikulum
Berdasarkan Bentuk Evaluen
1.1 Evaluasi konteks
1.2 Evaluasi masukan
1.3 Evaluasi proses
1.4 Evaluasi produk
atau hasil
2.
Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluatornya
2.1 Evaluasi internal
2.2 Evaluasi eksternal
b.
Model-Model Evaluasi Kurikulum
1.
Goal Oriented Evaluation Model
2.
Goal Free Evaluation Model
3.
Formatif-Sumatif Evaluation Model
4.
Countenance Evaluation Model
5.
CSE-UCLA Evaluation Model
6.
CIPP Evaluation Model
7.
Discrepancy Model
E.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat, kami menyadari dalam
makalah ini terdapt beberapa kesalahan
dan kekeliruan. Olah karena itu saran dan kritik yang mendukung kami
harapkan. Dan semoga makalah kali ini dapatmemberikan manfaat bagi kita semua.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi dan Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.
RINEKA CIPTA, 1999
Hasan Hamid, Evaluasi Kurikulum, Bandung:
PT. REMAJA ROSDA KARYA, 2008
Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung:
PT. CITRA ADITYA BAKTI,1993
Syaodih Sukmadinata Nana, Pengembangan Kurikulum,
Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA,2009