Selasa, 22 Mei 2012

MACAM DAN MODEL EVALUASI KURIKULUM


Kurikulum sangat penting bagi masyarakat. Karena masyarakatlah harus menyerap lulusan sekolah sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu masyarakat banyak bergantung pada mutu kurikulum. Orang tua semua terlibat dalam baik buruknya kurikulum sekolah karena nasib anak mereka, masa depannya , perkembangannya sebagai manusia banyak ditentukan oleh kurikulum. Kepuasan atau lebih sering ketidakpuasan mereka tentang  kurikulum sering mereka suarakan dalam surat-surat kabar.
Pemerintah tentu sangat berkepentingan tentang mutu kurikulum karena kurikulumlah alat yang paling ampuh untuk membina bangsa dan negara, untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan bangsa-bangsa di dunia ini. Pemerintah memberikan prioritas yang tinggi kepada pendidikan dengan mengeluarkan biaya yang banyak demi kepentingan peningkatan mutu bangsa. Biaya itu akan sia- sia bila tidak terjamin mutunya. Sudah selayaknya pengembangan dan perubahan apalagi perombakan kurikulum ditangani dengan hati-hati.
Karena kurikulum itu sangat pentingnya dan mengenai hidup jutaan manusia kini dan di masa mendatang maka perlulah diadakan usaha yang kontinue untuk memperbaikinya. Untuk itu perlu diadakan evaluasi kurikulum.
Dalam makalah ini akan membahas tentang evaluasi kurikulum terutama pada jenis dan macam-macam evaluasi kurikulum tersebut.[1]

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa macam-macam evaluasi dalam kurikulum?
2.      Bagaimana model-model dalam evaluasi kurikulum?

C.    PEMBAHASAN
a.       Macam-Macam Evaluasi Kurikulum
1.      Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Bentuk Evaluen
Dalam evaluasi kurikulum bardasarkan bentuk evaluen dapat dibedakan menjadi beberapa karakteristik diantaranya:
a.       Evaluasi Konteks
Evaluasi terhadap konteks berkaitan dengan berbagai aspek yang melahirkan suatu dokumen kurikulum. dalam situasi tertentu orang melakukan evaluasi mengenai tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan dan sering disebut dengan istilah need assessment.
Selain need assessment evaluasi jenis ini adalah evaluasi mengenai kesesuaian antara ide kurikulum dengan dengan lingkungan sosial-budaya dimana kurikulum itu akan dilaksanakan.[2]


b.      Evaluasi Masukan
Maksud dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam menunjang program, antara lain kemampuan sekolah dalam menyediakan petugas yang tepat,dan handal dalam bidangnya.
c.       Evaluasi Proses
Evaluasi proses dalam hal ini menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, dan “when”  kapan kegiatan itu akan selesai. Evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.
d.      Evaluasi Produk atau Hasil
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi.[3]
2.      Jenis Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluatornya.
2.1.Evaluasi Internal
Evaluasi internal adalah evaluasi yang dilakukan oleh salah seorang anggota tim pengembang kurikulum. Dia diberi tugas khusus untuk melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang sedang dilakukan. Oleh karena itu dia harus melakukan pekerjaan selama proses berlangsung baik ketika dalam proses konstruksi kurikulum maupun dalam implementasi kurikulum.
2.2.Evaluasi Eksternal
Evaluasi eksternal dilakukan oleh seseorang yang tidak terlibat dalam tim pengembang kurikulum. Evaluator tersebut secara khusus di minta untuk melakukan evaluasi terhadap dokumen, prese atau hasil kurikulum. Kedudukannya sebagai orang luar tentu memberikan berbagai keuntungan seperti misalnya dalam hal objektivitas.[4]

b.      Model-Model Evaluasi Kurikulum
Ada beberapa ahli evaluasi programyang dikenal sebagai penemu model evaluasi program adalah stufflebeam, Metfessel, Michael scriven, Stake, dan Glaser. Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan:
1.      Goal Oriented Evaluation Model
Merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus, mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.


2.      Goal Free Evaluation Model
Menurut Michael Scriven,dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan adalah  bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan ) maupun hal-hal negatif (hal yang tidak diharapkan). Dan model ini bertentangan dengan model yang pertama.[5]
3.      Formati dan Sumatif Evaluation Model
Tes formatif ini di sajikan di tengah program pengajaran untuk memantau (memonitor) kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik,baik kepada siswa maupun kepada guru, dalam hal ini guru dapat mengetahui materi mana yang disajikan kembali agar di kuasai betul oleh peserta didik dan peserta didik mengetahui bagian mana bahan ajar yang belum ia kuasai.
Tes sumatif jenis ini diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan, meskipun maknanya telah diperluas untuk dipakai pada tes akhir caturwulan atau semester, dan bahkan pada tes akhir pokok bahasan. Dalam maknanya sebagai tes akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan, maka tes ini dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar menentukan kelulusan dan atau pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaiakan pelajaran denagn berhasil baik.[6]
4.      Countenance Evaluation Model (Deskripsi Pertimbangan)
Model ini dikembangkan oleh Stake. Model Stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu: (1) Deskripsi (description) berkaitan atau menyangkut dua hal yang menunjukkan posisi sesuatu (yang menjadi sasaran evaluasi) yaitu apa maksud atau tujuan yang dharapkan program, dan pengamatan atau akibat atau apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul terjadi. Kemudian evaluator mengikuti matriks kedua yaitu (2) pertimbangan yang dalam tersebut mengacu pada standar.
5.      CSE-UCLA Evaluation Model
CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu:CSE dan UCLA. Yang pertama yaitu CSE merupakan singkatan dari Center For the Study of Evaluation sedangkan UCLA (University of California in Los Angels. Dari model ini ada lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi yaitu: perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. Fernandes memberikan penjelasan tenyang model CSE-UCLA pada empat tahap (1) Need Assessment (memusatkan perhatian pada penentuan masalah. (2) Program Planning (pengumpulan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. (3)Formatif Evaluation ( memusatkan perhatian  pada keterlaksanaan program). (4) Sumatif Evaluation (pengumpulan data tentang hasildan dampak dari program.
6.      CIPP evaluation
Model ini merupakan model yang banyak dikenal dan diterapkan para evalutor, oleh karena itu uraian yang diberikan relatif panjang dibandingkan dengan model-model lainnya. Sasaran dalam evaluasi ini adalah
a.       Context evaluasi  : evaluasi terhadap konteks
b.      Input evaluasi      : Evaluasi terhadap masukan
c.       Process evaluasi   : evaluasi terhadap proses
d.      Product Evaluasi  : evaluasi terhadap hasil
7.      Discrepancy model
Kata discrepancy adalah istilah bahasa inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi “kesenjangan”. Model yang dikembangkan olah Malcolm Provus ini merupakan model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan didalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada pada setiap komponen.

D.     KESIMPULAN
a.       Macam –Macam Evaluasi Kurikulum
1.      Evaluasi Kurikulum  Berdasarkan Bentuk Evaluen
1.1  Evaluasi konteks
1.2  Evaluasi masukan
1.3  Evaluasi proses
1.4  Evaluasi produk atau hasil
2.      Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluatornya
2.1  Evaluasi internal
2.2  Evaluasi eksternal
b.      Model-Model Evaluasi Kurikulum
1.      Goal Oriented Evaluation Model
2.      Goal Free Evaluation Model
3.      Formatif-Sumatif Evaluation Model
4.      Countenance Evaluation Model
5.      CSE-UCLA Evaluation Model
6.      CIPP Evaluation Model
7.      Discrepancy Model

E.     PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat, kami menyadari dalam makalah ini terdapt beberapa kesalahan  dan kekeliruan. Olah karena itu saran dan kritik yang mendukung kami harapkan. Dan semoga makalah kali ini dapatmemberikan manfaat bagi kita semua. Amin.












DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi dan Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1999
Hasan Hamid, Evaluasi Kurikulum, Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA, 2008
Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI,1993
Syaodih Sukmadinata Nana, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA,2009



[1] Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI, V,1993),130.
[2] Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: PT REMAJA ROSDA KARYA, I, 2008),136-137.
[3] Suharsimi Ari Kunto dan cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi program pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, I, 2004), 30-31.
[4] Ibid, 150.
[5] Ibid, 24.
[6] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, I, 1999),12-14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar